Monday, December 13, 2010

You are so Indonesian!

Sudah menjadi hal yang umum bahwa ungkapan Indonesia banget memilili makna negatif, makna yang enggak banget!Indonesia banget beraerti orang itu memiliki ciri-ciri karakter yang buruk seperti sering telat, buang sampah sembarangan, tidak taat lalu lintas, prilaku destruktif lainnya. Dan itulah yang terjadi padaku hari ini…

Ini adalah sebuah curahan emosi

Aku adalah seorang guru yang memiliki harapan akan perubahan dunia pendidikan Indonesia. Sehingga pendidikan berhasil menjadikan manusianya tumbuh menjadi manusia-manusia yang memiliki nilai di dunia, berdayaguna, atau hal setidaknya mereka dapat membuat keberadaan mereka berguna. Mungkin inilah harapan terkecil. Namun, apa yang terjadi padaku hari ini rasanya membuat aku harus bersiap mengubur harapan itu.

Semuanya dimulai saat aku mengawas ujian akhir semester hari ini. Aku adalah orang yang bertipe tidak tahan melihat murid mencontek saat ulangan. Apapun bentuknya, mau itu mencontek teman, mencontek buku, menyamakan jawaban atau apapun yang halnya berhubungan dengan mencontek. Sebenarnya aku tidak ingin mengawas di kelas yang sama saat ujian. Melelahkan harus melihat wajah-wajah yang menatapku dengan kebencian karena ketegasanku.

Hari ini aku memulai mengawas dengan mengeluarkan semua buku contekan dari kolong bangku. Hal ini aku lakukan karena sebelumnya begitu banyak buku yang aku sita saat ujian, maka penyitaan buku aku lakukan dari awal. Banyak yang mati kutu karena ini bahkan seorang murid berceloteh “rek pake soal moal?” (Mau pakai soal atau tidak?). Dia sudah frustasi karena mereka tidak butuh soal kalau buku mereka sudah disita dari awal, tidak ada sumber yang bisa dijadikan contekan. Inilah yang aku katakan: You are so danm Indonesian! Tidak menyiapkan dan tidak peduli pada kewajiban mereka sendiri. Jika mereka memang sudah tidak peduli tak perlulah berceloteh dengan gaya bahasa yang urakan begitu!

Ulangan berlangsung hening, banyak wajah pasrah karena sudah tak tahu apa yang harus mereka tulis. Umumnya mereka akan sibuk di menit-menit terakhir. Frustasi, salah seorang dari mereka memilih mengumpulkan dan keluar. Karena kondisi sudah mulai tidak kondusif mulailah aku memaraf lembar jawaban anak-anak yang mencontek sampai akhirnya seseorang melakukan protes. Ia menendang keras pintu setelah menyerahkan lembar jawabannya padaku. Jantungku langsung bergetar saat itu. Kecewa dengan sikap yang lagi-lagi … you are so Indonesian! Bukankah dari SD pun kita belajar kalau mencontek saat ulangan adalah perbuatan yang tidak dibenarkan? Dia yang salah, dia yang marah… Indonesia banget! Namun, nilai moril dari semua itu bahwa sebagai seorang murid dia tidak menghargaiku sebagai guru. Saat ujian seperti itu rasanya tak layak aku memperingatkannya karena aku tidak mau mengganggu jalannya ujian. Satu berani melakukan hal seperti itu, maka yang lainnya merasa mendapatkan izin yang sama, maka beberapa orang pun membeo dengan keluar sambil menendang pintu. Jujur semua itu membuatku gentar. Saat itu air mata sudah mengumpul dipelupuk mataku, tapi masih ada ulangan berikutnya untuk kelas XI. Aku bertahan dengan ketegasanku dan tetap berusaha menahan agar air mata tidak menetes. Ulangan selesai dan siswa yang terakhir melakukan hal yang serupa saat dia keluar kelas. Entah dia tendang atau dia pukul dengan helm. Aku muntab! Akhirnya menangis juga!

“who do you think you are?”

Aku tidak mengemis untuk menjadi guru di sana. Seandainya tidak memikirkan tanggung jawab aku pikir keluar adalah hal yang terbaik. Aku bukan orang yang gila hormat tapi bukan berarti bisa direndahkan seperti itu.

Inilah generasi Indonesia berikutnya. Watak seperti ini dimiliki 70%-80% siswa tiap kelas, atau lebih jelasnya orang yang mengerti mengapa harus sekolah dan belajar tak lebih dari 10 – 15 orang setiap kelas yang jumlahnya 30-40. Jika ini terjadi di setiap sekolah di Indonesia, maka aku tinggal menunggu Indonesia tenggelam, tapi untunglah bahwa hal seperti ini biasanya hanya terjadi di sekolah swasta (bukan swasta berada).

Sudah saatnya Indonesia memiliki makna yang lebih indah, lebih bermakna, lebih positif…

I know I’m a melancholic and tearful , but I’ve tried not to crying there… just… it was so hard!

1 comment:

suri-tama said...

a challenge for a great teacher like you! keep fighting Ra!